logologo
Blog & Photography
  • Home
  • Gallery
    • Grid
    • Slider
  • Blog
  • About Me
    • Bio
    • Resume
  • Contact Me
  • Discover
Previous Post
Next Post
Jul 26
in Hiking, News 0 comments

Pantai Atau Gunung? Hubungannya dengan Cinta Seorang

Postingan ini dibuat oleh mas Hamal Pangestu di facebook beliau yang menurut saya memang benar adanya 🙂
silahkan langsung baca sampai selesai, Check This out

Bermula dari kecintaan saya terhadap Indonesia,
tempat seperti surga dimana sangat banyak pantai dan pegunungan,

Sekitar seminggu yang lalu saya membuat status seperti ini:
“lebih suka ke pantai atau naik gunung?
seandainya suka dua-duanya, pilihlah salah satu secara asal…”

setelah berbagai riset yang saya lakukan, akhirnya terbentuklah sebuah kesimpulan yang demikian:

TIDAK MAKSUD UNTUK MENJENERALISASI

JIKA TERDAPAT KETIDAK COCOKAN HARAP DIMAKLUMI

KATA-KATA RETORIKA SEPERTI “tergantung orangnya/tergantung selera orang” HARAP TIDAK DIUCAPKAN, BUKAN ITU YANG INGIN SAYA BAHAS

DAN SEBETULNYA MEMANG TIDAK PERLU DIUCAPKAN KARENA ITU MEMANG SUDAH PASTI

TERIMA KASIH ATAS PENGERTIANNYA

ternyata kehidupan cinta dengan lawan jenis itu sangat berhubungan dengan kesukaan pergi ke pantai dengan naik ke gunung.

pertama-tama mari kita lihat gunung

laku kita bahas dengan proses

PENDEKATAN atau dalam bahasa sehari-hari PDKT

 

secara umum (mengutip dari maharani dian)

kalau gunung, tantangan-nya lebih besar, dan penuh dengan ketidakpastian…

kalau pantai sih lebih bikin perasaan nyaman sejak awal berangkat.

padahal kalau naik gunung dan udah sampai puncak kan sebenernya pemandangan yg kita dapet ya itu2 aja (lebih bagus pantai),

tapi memang ada kepuasan, perasaan “berhasil” mengalahkan diri sendiri,

membuktikan kekuatan hingga bisa nyampai puncak…

jadi meskipun keindahan yg didapat di puncak gunung itu “tidak seberapa” dibandingin pantai,

kepuasan dan kebanggaan dalam diri jd dominan

 

nah, sekarang mari kita ganti kata-kata gunung dengan “hubungan percintaan”

bagaimana? sudah terbayang?

 

pertanyaan ini saya ajukan kepada kaum laki-laki yang menyukai kegiatan naik gunung:

“kenapa kamu menyukai naik gunung? apa yang kamu nikmati dari naik gunung”

Jawaban:

-saya menikmati setiap langkahnya

-saya suka perjalanan dan perjuangannya

-kepuasan yang tidak tertara jika kita bisa mencapai puncak gunung

(makanya sering foto-foto kalau udah nyampe puncak gunung)

 

dan ternyata, hasil yang saya temui, dalam proses pendekatan, laki-laki yang suka naik gunung itu :

1)

hubungan dengan “saya menikmati setiap langkahnya”

Dia sangat menikmati dan membutuhkan proses pendekatan dengan lawan jenisnya.

bermula dari kenalan, menjadi teman, lalu lanjut ke persahabatan, dan akhirnya meraih hasil, apakah dia jadian atau tidak

 

2)

hubungan dengan “ saya suka perjalanan dan perjuangannya”

Dalam proses pendekatan, seakan-akan dia berkata:

“Lilhatlah, aku akan membuktikan bahwa aku pantas bersamamu”

atau

“aku akan berjuang untuk mendapatkan kamu”

 

3)

hubungan dengan “kepuasan yang tidak tertara jika kita bisa mencapai puncak gunung”

Perjuangan yang dihasilkan dan nilai-nilai keromantisan akan terlihat dengan jelas oleh orang-orang yang berada di sekitar mereka

 

4)

Secara kesimpulan, laki-laki yang menyukai gunung itu sangat menyukai dan membutuhkan unsur pendekatan, sebelum dia mendeklarasikan cinta dia kepada cewenya

dia tidak akan menyukai hubungan yang terjadi dengan cepat atau instant

sebagai contoh, saya pernah menanyakan ini ke laki-laki yang suka naik gunung:

P (pertanyaan) ; J (jawaban)

P: pasti pengen banget naik ke gunung Kilimanjaro

J: wah ya pengen banget dong

P: Tapi lo ga akan mau kan kalo ke puncak Kilimanjaro langsung naik helikopter?

J: ya engga lah, gila aja! dimana asiknya?

 

secara tidak langsung, laki-laki yang menyukai naik gunung tidak akan merasa perempuan yang langsung menerima dia itu mencintai dia selayaknya dia mencintai perempuan itu

 

Karena laki-laki gunung adalah pejuang

dan mereka yakin bahwa perempuan itu layak diperjuangkan

 

sekarang, untuk perbandingannya, laki-laki yang suka pantai

secara garis besar, laki-laki yang menyukai pantai punya perbedaan yang sangat mendasar dengan laki-laki yang suka naik gunung

 

Dia tidak peduli apapun caranya untuk bisa sampai ke tujuannya (pantai)

entah itu naik motor, mobil, pesawat, helikopter atau cuma dengan jalan kaki

karena yang ingin dia nikmati, bukanlah perjalanannya, tapi tujuannya (pantai)

entah itu hanya berjalan di tepi pantai, menyelam, mencari kerang, memancung, berperahu, selancar air atau lain-lain..

 

oleh karena itu, hubunganya dalam percintaan,

laki-laki yang menyukai pantai tidak menyukai proses pendekatan

atau jika dia cuma sedikit lebih menyukai pantai daripada naik gunung

dia lebih banyak merasa tidak nyaman dengan pendekatan

atau lebih parahnya, ketika dia benar-benar menyukai pantai dan tidak menyukai naik gunung 100%

dia tidak membutuhkan proses pendekatan

 

tapi.. apakah berarti dia tidak romantis?

mungkin sebagian orang di sekitarnya akan merasa dia demikian, bahkan terkesan player

karena dengan mudahnya laki-laki itu menyatakan cinta.

padahal, justru sebetulnya perasaan cinta itu mulai dibangun ketika hubungan itu dimulai

sebagaimana dalam filosofi pantai,

perbeda dengan gunung yang dinikmatinya adalah perjalanan menuju ke tujuan, yang dinikmati dari pantai adalah tujuannya

 

atau bisa kita gambarkan seperti ini (untuk laki-laki dan perempuan)

naik gunung : proses dulu baru mencapai hasil

pantai : hasil dulu baru memulai proses

 

keromantisan dalam percintaan bagi laki-laki pantai itu akan terlihat setelah mereka memulai hubungan..

perjuangannya pun akan terlihat setelah mereka jadian

perlu kita ingat juga bahwa kehidupan di pantai itu tidaklah selalu berjalan mulus..

kadang ada badai angin ribut..

kadang airnya pasang, kadang surut…

kadang ombak yang terlihat tenang pun ada arus bawah yang sangat berbahaya

bahkan kadang ada Tsunami…

 

jika itu dianalogikan pada kehidupan percintaan,

tentu itu menjadi sebuah perjuangan untuk bertahan dalam percintaan itu…

 

dan keindahan yang ada di kawasan pantai pun berbeda-beda..

ada pantai yang berombak sehingga kita bisa main selancar…

ada pantai karang yang kita bisa nikmati keindahan karangnya…

ada muara yang bisa ditelusuri keaneka ragaman hayatinya…

atau minimal, pantai akan terlihat lebih cantik ketika matahari terbit atau terbenam

 

dengan kata lain, laki-laki pantai akan selalu mencari keindahan dari hubungan ini

dia akan terus berusaha membuat perempuan itu tidak kecewa ketika memilih dia..

 

ketika laki-laki gunung mengatakan :

“Lilhatlah, aku akan membuktikan bahwa aku pantas bersamamu”

 

laki-laki pantai akan mengatakan :

“Inilah aku, jika kamu tidak suka, tinggalkanlah aku”

“dan jika kamu mau bersamaku, akan aku perlihatkan betapa indahnya percintaan yang akan kamu alami”

 

nah sekarang mari kita bahas dari sudut pandang perempuan

mohon maaf, saya bukan perempuan

hasil kesimpulan saya tentang sudut pandang perempuan, pasti ada banyak kekurangan…

silahkan dikoreksi jika saya salah

 

perempuan yang menyukai naik gunung

sama seperti versi laki-lakinya

perempuan yang menyukai naik gunung menginginkan proses pendekatan terlebih dahulu,

mereka tidak menginginkan sesuatu yang langsung

mereka menikmati proses pentahapan dari sebuah hubungan…

sama seperti halnya bagaimana mereka menikmati proses perjalanan ke puncak gunung

 

dia tidak akan nyaman jika dengan laki-laki yang langsung berterus terang, meskipun secara fisik, laki-laki ini disukai oleh dia

 

karena dia ingin melihat bagaimana laki-laki ini berjuang untuk mendapatkan hati dia

mulai dari langkah pertama dalam naik gunung yang tidak terlalu nanjak,

sampai mendekati puncak yang makin menanjak, apakah laki-laki ini bisa terus memperjuangkannya?

dia tidak akan bisa menikmati suatu hal yang instant

da cenderung akan merasa “ditipu/gombal” pada suatu hal yang instant

 

memang, butuh perjuangan yang keras untuk seorang laki-laki dalam mendapatkan perhatian dari perempuan yang suka gunung ini..

tapi bukan berarti perjuangannya akan sia-sia..

 

karena kita disini sama-sama tau bahwa naik gunung itu susah, banyak perngorbanan dan perjuangan..

dan kita juga sama-sama tau… kalau turun gunung itu lebih susah dari naik gunung..

 

dengan kata lain, meskipun laki-laki ini telah gagal menjalin hubungan dengan dia,

tapi tetap, perjuangan dan pengorbanannya akan tetap susah dilupakan oleh dia…

karena secara tidak langsung, perempuan gunung juga ikut menuruni gunung..

 

perempuan yang suka gunung akan berkata seperti ini:

“mari kita mulai dari pertemanan…”

“kenalilah aku dahulu…..”

“perjuangkanlah aku….”

“buktikan bahwa kita pantas untuk bersama….”

 

jika dia berhadapan dengan laki-laki yang langsung berterus terang, dia akan berkata:

“kamu belum kenal sama aku……”

“kamu ga tau aku itu kaya gimana…..”

“aku belum kenal sama kamu…..”

 

jika perempuan gunung bertemu dengan laki-laki gunung, tentu tidak akan bermasalah

 

sebaliknya, jika dia berhadapan dengan laki-laki yang menyukai pantai, tentu akan bermasalah

karena laki-laki pantai cenderung tidak mau berjuang sebelum mendapatkan hati dari perempuan

biasanya perempuan gunung akan memulai hubungannya dengan pertemanan

dan laki-laki pantai juga cenderung tidak mau berteman dengan perempuan yang dia sukai

karena dia menganggap kata-kata “teman” sebagai penolakan

 

perempuan gunung mengharapkan sebuah perjuangan

sementara laki-laki pantai, enggan untuk memperjuangkan suatu hal yang dia anggap sia-sia

 

disatu sisi,

perempuan gunung akan merasa, ini bukan gunung yang pantas untuk didaki karena terlalu rendah

dan dia berkata

“cuma segini aja perjuangannya?”

 

disisi lain

laki-laki pantai akan merasa, terlalu susah rute untuk mencapai pantai itu..

entah terlalu jauh, terlalu macet, intinya, ingat.. yang dia inginkan adalah pantainya, bukan perjalannnya…

dan dia berkata “lebih baik aku cari (pantai) yang lain”

 

 

 

sekarang mari kita lihat perempuan yang suka pantai

berbeda dengan perempuan gunung, perempuan pantai.

mereka cenderung lebih suka dengan laki-laki yang jujur, langsung berterus terang apa adanya

tapi… bukan berarti mereka tidak menyukai proses pendekatann…

mereka juga tidak bisa langsung menerima laki-laki yang

“hai kenalan yu, mau jadi cewe gue ga”

itu mah dijamin mereka kabur…

 

tapi maksudnya, dia akan lebih menghargai laki-laki yang menunjukan kalau mereka memang suka dengan dia..

mereka ingin diperlakukan berbeda dengan perempuan yang lain yang tidak “didekati” oleh laki-laki yang mendekati mereka ini…

dan dia juga tidak menginginkan porses pendekatan yang terlalu lama..

 

dengan kata lain, jika perempuan gunung merasa risih dengan laki-laki yang terus menempel dan romantis sejak kenalan,

perempuan pantai justru mengharapkan laki-laki ini langsung mengekspresikan cintanya secara jelas…

baik dari kata-kata maupun perbuatan

 

perbedaan yang jelas:

jika laki-laki “menembak: terlalu cepat, perempuan gunung berkata: “cuma segini aja perjuangannya?”

TAPI dalam keadaan sebaliknya

Jika laki-laki pendekatan terlalu lama, perempuan pantai berkata:

(jika dia suka) “uuuuuh kapan sih dia nembak aku….”

(jika dia tidak suka) “wah cowo ini memang enak menjadi temen” (karena dia tidak merasa kalau laki-laki ini menyukai dia, ingat, dia tidak begitu menginginkan proses pendekatan)

 

tapi kesalahan orang-orang yang paling utama adalah menilai negatif perempuan yang seperti ini

mereka menilai perempuan yang seperti ini terlalu “gampang” dan “kejam”

 

jangan salah!

sama seperti apa yang dia harapkan dari pantai

dia mengharapkan pantai yang indah untuk dinikmati dan dia mengingkan untuk terus berjuang dipantai iut, meskipun datang badai atau masalah lainnya

 

dengan kata lain, dia mengharapkan laki-laki yang sudah dia pilih memberikan keindahan,kenyamanan dan keamanan dalam hidupnya

dia mengharapkan laki-laki ini mebuktikan bahwa pilihan perempuan pantai ini tidak salah

 

oleh karena itu, begitu perempuan pantai baru menjalin sebuah hubungan,

dia tidak akan langsung mencintai laki-laki ini

harus ada perjuangan dan keromantisan yang terus dibina dalam hubungan mereka sehingga mereka menjadi mencintai laki-laki ini

sama halnya ketika dipantai

yang membuat kita betah dipantai itu karena kita menikmati apa yang ada dipantai dan apa saja yang bisa kita lakukan di pantai

dan jika perempuan pantai sudah mencintai laki-laki,

maka dia tidak akan mau berpisah dengan laki-laki itu, karena dia sudah terlanjur menikmati indahnya kehidupan bersama dengan laki-laki itu

sama dengan pantai, jika kita sudah terlanjur menikmati pantai itu, biasanya kita malah tidak mau pulang dan tetap mau berada dipantai itu selama mungkin

(hal ini berlaku juga untuk laki-laki yang suka pantai)

 

intinya,

perempuan pantai lebih menyukai laki-laki yang langsung berterus terang daripada yang melakukan pendekatan secara perlahan

 

 

Kesimpulan:

– orang gunung membutuhkan proses pendekatan

– orang gunung lebih melihat perjuangan sebelum memulai hubungan percintaan

– laki-laki gunung susah untuk melupakan orang yang sudah menolak cintanya

– orang pantai membutuhkan perjuangan keromantisan setelah memulai hubungan percintaan

– orang pantai tidak menyukai proses pendekatan

– laki-laki pantai tidak akan keberatan jika ditolak cintanya

– gunung dan pantai, dua-duanya romantais hanya caranya yang berbeda

 

cara yang paling gampang, coba kita lihat dari foto..

 

orang yang naik gunung akan berfoto dipuncak gunung

karena dia ingin menyampaikan pesan “lihat! inilah hasil perjuanganku aku berhasil mencapainya!”

dan orang yang berfoto dipantai

akan menyampaikan pesan “lihatlah.. inilah yang aku dapatkan.. dan aku menikmatinya..”

sebetulnya pesan itu pula yang ingin disampaikan mereka ketika berfoto dengan pasangannya…

catatan

meski saya melakukan riset ini, bukanlah berarti saya merasa pakar mengenai masalah cinta

kesimpulan ini saya dapatkan justru karena saya selalu gagal dalam masalah percintaan

mungkin karena saya adalah laki-laki pantai yang selalu mengjar perempuan yang kebetulan perempuan gunung.

tentu saja jika banyak kesalahan itu hal yang sangat wajar.

ini bukanlah teori yang mutlak,

semata-mata hanyalah sudut pandang dari pemikiran saya yang merupakan hasil dari seluruh pengalaman saya dan teman-teman saya yang kebanyakan berupa orang gunung

 

Tkanks mas Hamal Pangestu

Share this:
101
0
About the Author: wawanadie
Cat Lovers & Chocolate Lovers Really like travelling & Outdoor activities

  • Pantai Atau Gunung? Hubungannya dengan Cinta Seorang
    Postingan ini dibuat oleh mas Read more
    in Hiking, News 0 comments
    0
  • Mini Trip ke Geo Park Ciletuh, Sukabumi
    Bertepat pada August, 16-2017 kita menuju ke Sukabumi, tepatnya di Read more
    in Daily Notes, Vacation 1 comments
    0
  • Review Jenius App by Bank BTPN “the next digital banking”
    Di-era industri 4.0 menjadi era dimana perusahan harus ber-inovasi agar tidak Read more
    in News, Review, Techno 0 comments
    0

Leave a Comment! Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories
  • Daily Notes (38)
  • Hiking (11)
  • News (30)
  • Photography (24)
  • Review (10)
  • Running (9)
  • Techno (8)
  • Vacation (13)
Recent Posts
  • Membuat Website Pernikahan / Wedding Invitation di Masa Pandemi
  • Happy New Year 2021 & New Hope
  • Review Running Belt Aonijie
  • Tahun 2020 menjadi tahun trend ber-sepeda
  • Tahun 2019 Akan Berakhir, 2020 Menjadi Awal Baru Untuk Hidup yang Lebaih Baik.
  • Review Jenius App by Bank BTPN “the next digital banking”
  • Perjalanan Dua Tahun Menjadi Pesco Vegetarian
Tags
banking Beach BW Danau Edukasi hiking hyparlapse Indonesia jomblo kuliah Landscape life mount Music Photography Puasa ramadhan Review rokok running Semarang sindoro Single Technology timelapse trail Travelling Vacation watch WaterFall Work
Comment
  • heheh on Jatuh Cinta Pertama
  • wawanadie on Upgrade Laptop Asus Zenbook UX410UQK (SSD 250GB & RAM 16GB)
  • Chandra on Upgrade Laptop Asus Zenbook UX410UQK (SSD 250GB & RAM 16GB)
  • robby on Mini Trip ke Gunung Tangkuban Prahu via Cikole
  • Himawan Sant on Nyasar di Stone Garden dan Gua Pawon, Bandung Barat
Archives
Copyright © Wawan Adie. All Rights Reserved.